Suara Distorsi dari Timur: Metal Indonesia Masih Bertahan, Meski Tak Lagi Ramai
Geliat skena metal Indonesia yang menolak punah.
ARTICLE
Uca S. Budiyanto - Project Manager Metal Attack Festival
5/15/20252 min read


Di tengah derasnya tren musik populer dan budaya instan, metal di Indonesia tetap berdiri—meski tak lagi sekeras dulu gaungnya. Ia masih ada, masih bergerak, dan masih punya nyawa. Tapi saya harus jujur, sebagai pelaku di dalamnya: metal Indonesia sedang berada di persimpangan.
Sebagai orang yang mengelola Metal Attack Festival, saya menyaksikan langsung bagaimana skena ini berkembang. DeadSquad, Jasad, Burgerkill, dan Siksa Kubur adalah contoh nyata bahwa band-band metal Indonesia tak sekadar jago kandang. Mereka membawa musik ekstrem ini ke panggung luar negeri, tampil di festival-festival bergengsi, dan diakui oleh komunitas global. Ini bukan hal kecil. Ini pencapaian besar bagi genre yang kerap dianggap minoritas di negeri sendiri.
Burgerkill mencatat sejarah penting saat tampil di Wacken Open Air di Jerman—salah satu festival metal terbesar dan paling prestisius di dunia. Jasad melibas dua panggung besar: Obscene Extreme Festival di Republik Ceko dan Bloodstock Open Air di Inggris, memperlihatkan bagaimana musik death metal dari Bandung bisa diterima di jantung skena Eropa. DeadSquad, dengan karakter deathcore teknikal mereka, tampil memukau di Super Invasion 2018 di Singapura, membawa nama metal Indonesia ke kancah Asia Tenggara. Siksa Kubur pun turut berkontribusi lewat tur di Malaysia pada 2010, memperkenalkan brutal death metal mereka ke basis pendengar baru di luar negeri.
Namun di balik kebanggaan itu, ada kegelisahan. Generasi baru—terutama Gen Z—mulai menjauh dari metal. Bukan karena mereka salah, tapi karena zaman berubah. Musik metal tidak hadir dalam algoritma mereka. Tidak muncul di FYP, tidak masuk playlist “galau santai”, dan terlalu keras untuk dijadikan backsound konten lucu. Metal tidak bisa dikonsumsi cepat. Butuh waktu untuk jatuh cinta padanya. Dan inilah tantangan terbesarnya hari ini: bagaimana membuat generasi baru mengenal, lalu peduli?
Saya percaya metal tak harus berubah menjadi manis untuk diterima. Tapi kami yang berada di belakang panggung, harus lebih kreatif dalam membuka pintu. Menghadirkan gig yang inklusif, merangkul platform digital, bahkan memvisualkan semangat metal dalam bentuk yang lebih relevan dengan anak muda hari ini.
Metal Attack Festival bukan hanya konser—ini adalah panggung perlawanan. Suara-suara yang tak terwakili di ruang mainstream, punya tempat di sini. Kami berdiri bukan karena ingin tren, tapi karena kami yakin, selama masih ada amarah yang jujur dan semangat yang menyala, metal akan terus hidup. Metal mungkin tak akan kembali jadi musik arus utama - memang ia tak pernah dirancang untuk itu. Metal adalah rumah bagi mereka yang tak ingin ikut arus. Dan selama masih ada satu anak muda yang ingin berteriak, selama masih ada satu panggung yang siap dibakar energi, saya percaya: metal Indonesia belum habis.
Ia hanya sedang menunggu giliran untuk mengaum lagi.
Address
JDC 6th floor - Business Centre
Jl. Gatot Subroto No. 53 Jakarta 10260
A Metal Project Official Website
© 2025
CONTACT US
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER