Dari Panggung Opera ke Moshpit: Bagaimana Isyana Sarasvati Menjadi Ratu Progresif Metal Indonesia
Transformasi ini bukanlah sebuah kebetulan, ini adalah sebuah deklarasi "perang" Isyana terhadap zona nyaman.
ARIEF
11/9/20253 min read


Ada dua Isyana Sarasvati yang kita kenal. Yang pertama adalah seorang maestro muda lulusan Royal College of Music London, penyanyi opera dengan teknik vokal paripurna yang kemudian melunak untuk masuk ke jalur pop manis dan merajai tangga lagu.
Yang kedua adalah Isyana yang kita lihat sekarang: seorang dewi musik progresif dengan tatapan tajam, jemari yang menari liar di atas tuts piano, dan teriakan melengking yang bersanding serasi dengan deru distorsi gitar.
Transformasi ini bukanlah sebuah kebetulan, ini adalah sebuah deklarasi "perang" Isyana terhadap zona nyaman.
Alih-alih terus menambang emas di ladang pop yang aman, Isyana memilih jalur terjal yang penuh eksperimen.
Ia seolah menghancurkan sekat-sekat genre yang kaku, meramu DNA opera, pop, rock progresif dan metal, menjadi sebuah alunan musikal yang indah sekaligus buas. Sebuah evolusi yang bahkan ia sendiri tak pernah duga.
"Aku gak nyangka dengan evolusi musikku seperti ini. Aku masih bisa hidup menjadi musisi sampai sekarang dan akan membuat konser satu dekade," ungkap Isyana dalam sebuah obrolan santai bersama Soleh Solihun beberapa waktu lalu.
Lalu, bagaimana seorang Isyana Sarasvati yang anggun bisa begitu lekat dengan musik cadas? Jawabannya terletak pada dua kolaborasi monumental yang tidak hanya mengejutkan, tetapi juga mengesahkan posisinya di skena musik keras.
Babak I: Membuka "Gerbang Neraka" Bersama Deadsquad
Jauh sebelum dunia mengakui sisi metalnya, Isyana sudah melempar percikan api. Pada Maret 2021, sebuah foto di media sosial membuat geger.
Isyana Sarasvati berada dalam satu studio latihan bersama Deadsquad, unit technical death metal paling disegani di Indonesia.
Keterangan fotonya singkat saja: “It’s Happening”. Ratusan komentar netizen yang dipenuhi rasa kaget dan penasaran pun meledak.
Rasa penasaran itu akhirnya terbayar lunas dalam gelaran I Don’t Give A Fest (IDGAF) 2021. Diinisiasi oleh Pophariini, kolaborasi ini menjadi penutup festival virtual yang spektakuler.
Ini bukan sekadar kolaborasi. Stevi Item, gitaris Deadsquad, mengakui tantangan besar dalam proyek ini.
"Paling menantang lagi adalah, bagaimana caranya merge musiknya Deadsquad ke lagunya Isyana. Di sini, gue harus berpikir bagaimana caranya supaya tidak terkesan seperti tempelan," terang Stevi saat itu.
Mereka tidak main-main. Lagu-lagu seperti "Manufaktur Replika Baptis" dan "Pasukan Mati" milik Deadsquad dibawakan dengan garang, sementara "LEXICON" dan "IL SOGNO" milik Isyana disuntik dengan dosis brutalitas khas Deadsquad.
Animo yang meledak membuat tayangan yang semula dijadwalkan sekali, diperpanjang hingga satu minggu penuh.
Aliansi kedua musisi ini tidak berhenti di panggung virtual. Keduanya merilis ulang "IL SOGNO" dalam format kolaborasi resmi, lengkap dengan video musik.
Momen ini sekaligus menandai era baru Deadsquad dengan masuknya Agustinus Widi sebagai vokalis.
Puncaknya, kolaborasi ini akhirnya bisa disaksikan secara langsung di LEXICONCERT Surabaya pada pertengahan 2022.
Di tengah set Isyana, Deadsquad (kini bersama vokalis Vicky Mono) muncul sebagai kejutan, menggetarkan DBL Arena dengan "IL SOGNO" versi paling beringas.
Eksperimen berani kedua musisi lintas genre ini pun berbuah penghargaan. Pada malam Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2022, kolaborasi Isyana Sarasvati x Deadsquad membawa pulang piala untuk kategori Solo/Group/Kolaborasi Metal Terbaik.
Babak II: Satu Panggung dengan Gitaris Legendaris, Marty Friedman
Jika kolaborasi dengan Deadsquad adalah pembuktian di kandang sendiri, maka langkah Isyana berikutnya adalah sebuah lompatan kuantum ke panggung dunia.
Pada 2024, menjelang konser perayaan satu dekadenya, Isyana kembali melempar bom kejut: sebuah kolaborasi dengan Marty Friedman, sang mantan gitaris legendaris Megadeth.
Proyek ini bukan lahir dari ruang hampa. Benihnya tersemai saat Isyana menggelar tur di Jepang pada Oktober 2023.
Seorang promotor lokal melihat potensi magis dari pertemuan dua musisi visioner ini dan mengusulkan ide kolaborasi.
Marty, yang dikenal dengan melodi gitarnya yang eksotis dan teknik yang tak tertandingi, ternyata menunjukkan ketertarikan tulus pada karya-karya Isyana.
Lagu yang dipilih adalah "my Mystery", sebuah nomor yang dirilis pada 2022 dan disebut Isyana sebagai salah satu karya paling personalnya.
"Lagu ini seperti dialog antara aku dan sisi lain dalam diriku. Ada konflik batin, dorongan bawah sadar, dan perjuangan menjaga keseimbangan," jelas Isyana dalam keterangan tertulisnya.
Di tangan Marty Friedman, lagu yang sudah kaya dengan nuansa progresif ini bertransformasi total. Marty tidak hanya menempelkan solo gitar; ia menyuntikkan "nyawa" thrash metal khasnya ke dalam setiap celah aransemen.
Hasilnya adalah sebuah mahakarya hibrida yang menakjubkan—harmoni opera dan kekacauan thrash metal yang berdansa dalam satu wadah.
Sentuhan gitar Marty mengubah energi dan emosi lagu ini, memberikan pengalaman audio yang benar-benar baru dan segar.
Kolaborasi ini menjadi pemanasan sempurna untuk konser akbar "A Decade Live Concert: Lost In Harmony" yang digelar pada November 2024.
Lebih dari itu, rilis ulang "my Mystery" menjadi penanda langkah besar dalam karier Isyana. Ini adalah bukti bahwa visinya tidak terbatas oleh batas geografis maupun genre.
Jejak eksperimen Isyana Sarasvati adalah sebuah pelajaran tentang keberanian artistik.
Ia membuktikan bahwa seorang musisi tidak perlu terpenjara dalam satu identitas.gan




Address
JDC 6th floor - Business Centre
Jl. Gatot Subroto No. 53 Jakarta 10260
A Metal Project Official Website
© 2025
CONTACT US
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
