Mesin Waktu Berdistorsi: Fenomena Konser Reuni Band Metal dari Panggung Dunia Hingga Tanah Air

Konser reuni menjadi salah satu fenomena di ranah band baik luar negeri maupun dalam negeri. Ada apa sebenarnya di balik fenomena ini?

ARTICLE

ARIEF

10/27/20252 min read

Panggung musik cadas dalam beberapa dekade terakhir seolah memiliki mesin waktu sendiri. Sebuah mesin yang mampu menarik kembali para pahlawan dari masa lalu untuk kembali berdiri di bawah sorot lampu, menggetarkan kembali ribuan penggemar yang merindukan distorsi dan energi mereka.

Fenomena konser "reuni" band metal bukan lagi sekadar isapan jempol, melainkan sebuah tren global yang masif, dan gaungnya ternyata sampai juga ke tanah air.

Mengutip Loudwire, dalam 25 tahun terakhir saja, banyak sekali band rock dan metal yang kembali manggung pasca hiatus atau bahkan bubar.

Tahun 2019, misalnya, dunia digemparkan oleh pengumuman reuni My Chemical Romance dan Rage Against the Machine.

Mundur ke 2011, Black Sabbath mengumumkan kembalinya mereka, yang kemudian melahirkan album 13 pada 2013.

Bahkan tahun 2024 menjadi tahun yang sibuk dengan kembalinya Dream Theater bersama Mike Portnoy, hingga reuni Acid Bath yang tak terduga. Puncak dari fenomena ini bisa dilihat dari sebuah perhelatan akbar di Villa Park, Birmingham, pada 5 Juli 2025, di mana para bapak baptis heavy metal, Black Sabbath, menggelar reuni paling epik.

Malam itu bukan sekadar konser, melainkan sebuah ziarah musikal yang dibuka oleh "anak-anak" ideologis mereka: Slayer, Guns N' Roses, dan Metallica.

Saat Ozzy Osbourne, Tony Iommi, Geezer Butler, dan Bill Ward (dalam sebuah penampilan kejutan) memainkan riff ikonik "War Pigs", puluhan ribu penonton seolah dilempar kembali ke masa di mana semuanya dimulai.

Peristiwa ini menjadi bukti sahih betapa kuatnya daya tarik nostalgia dan warisan sebuah band legendaris.

Gema Serupa di Tanah Air

Jangan kira fenomena ini hanya milik luar negeri. Di Indonesia, api reuni juga menyala sama terangnya. Salah satu contoh paling nyata adalah konser akbar Burgerkill bertajuk "Resilient Show: Re-Union – The Past, Present & The Future" di Bandung pada 13 September 2025.

Konser ini bukan sekadar perayaan 30 tahun band, melainkan sebuah ritual penghormatan terhadap sejarah panjang mereka. Malam itu, Graha Manggala Siliwangi menjadi saksi perjalanan kronologis Burgerkill melalui tujuh segmen album, masing-masing dibawakan oleh formasi yang sesuai dengan eranya.

Dari formasi album "Dua Sisi" dengan Kimung yang membanting bassnya, hingga kembalinya Vicky Mono untuk membawakan lagu-lagu dari album "Beyond Coma of Despair" dan "Venomous".

Momen emosional terjadi saat doa bersama dipanjatkan untuk mendiang Ivan Scumbag dan Ebenz, menunjukkan bahwa reuni ini adalah tentang keluarga, bukan sekadar musik.

Aksi Agung Hellfrog, satu-satunya personel yang bertahan sejak awal, yang turun ke moshpit sambil tetap bermain gitar menjadi penutup heroik malam itu.

Dari panggung megah Villa Park hingga riuhnya Graha Manggala Siliwangi, benang merahnya jelas. Konser reuni adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

Ini adalah kesempatan bagi generasi lama untuk bernostalgia dan bagi generasi baru untuk merasakan langsung energi para legenda.

Gimana menurut lo? Kenapa konser reuni band metal kerap terjadi, dan bagaimana pendapat lo soal fenomena tersebut?

Jika kalian ingin membeli kaos metal original dan berkualitas, langsung saja order melalui situs resmi A Metal Project. Jangan lewatkan desain eksklusif untuk para pecinta musik keras sejati!
Klik link di sini untuk melakukan pembelian dan dukung komunitas metal Indonesia dengan cara yang keren dan autentik.